Ini Kata Para Legenda Chelsea Tentang Claudio Ranieri
Ini Kata Para Legenda Chelsea Tentang Claudio Ranieri. Minggu 15 Januari 2017 lalu Chelsea sukses menjungkalkan Leicester City dikandang mereka sendiri. Kemenangan tersebut merupakan kemenangan ketiga Chelsea dimusim ini terhadap klub yang menjuarai Liga Inggris musim 2015-2016 ini.
Meski saat ini menjadi 'lawan', para penggawa Chelsea tentu tidak pernah melupakan sosok Claudio Ranieri yang pernah melatih Chelsea selama empat tahun.
Berikut komentar-komentar para penggawa Chelsea terkait pola dan pengalaman mereka dilatih oleh pria asal Italia itu...
Pengakuan Gianfanco Zola dan Jimmy Floyd Hasselbaink
“Saat ia datang, skuat sedang menua,” kata Zola. “Ada banyak pemain penting yang berada di ambang usia tua, seperti diriku. Pekerjaannya sulit karena ia harus memperbarui tim dan meremajakannya.”
Di antaranya, ia mendatangkan Frank Lampard – yang dibeli dari West Ham, langkah yang dipuji Hasselbaink – serta lulusan akademi bernama John Terry.
“Pada saat itu, John baru bermain untuk tim pemuda, tapi sejak saat itu ia bergabung bersama kami,” kata Zola. “Claudio sadar sebagus apa John; itu bukan keputusan yang mudah, tapi ia berani melakukannya.”
Hasselbaink merasa manajer baru itu punya mental yang sempurna untuk meremajakan skuat, serta mengubah sistem dan para pemain, mentalitas yang membuatnya dijuluki sebagai the Tinkerman oleh insan pers.
“Jika ia perlu menjadi keras atau keji, ia akan melakukannya,” kata pemain asal Belanda ini. “Ia nyaman melakukan perubahan formasi di dalam pertandingan. Kami sempat kesulitan, tapi ia yakin dengan (keputusannya) itu.”
Meski terjadi gesekan pada beberapa pemain, Zola, yang sama-sama orang Italia, bisa melihat apa yang sedang ia coba raih.
“Yang ia coba lakukan, melihat mentalitas manajer-manajer asal Italia, adalah menemukan formasi di lapangan yang mampu menyerang sekaligus bertahan – sesuatu yang tidak bisa kami lakukan dengan sangat baik sebelumnya.”
Di satu musim pertamanya, kita berhasil maju hingga final FA Cup, kalah 2-0 dari Arsenal yang pada akhirnya meraih dobel gelar juara liga dan FA Cup. Tapi, setahun kemudian, kami yang melakukan perayaan pada Mei ketika Ranieri membawa the Blues kembali ke Liga Champions lewat kemenangan mengesankan di hari terakhir.
“Itu memberikan fondasi dari apa yang terjadi kemudian, karena klub berhasil menarik investasi besar, dalam hal ini Roman Abramovich,” kata Zola.
Belanja besar-besaran terjadi, talenta-talenta dengan nilai lebih dari £100m didatangkan pada musim panas 2003. Zola menjadi salah satu dari pemain yang pergi, setelah setuju untuk bergabung dengan Cagliari sebelum Abramovich membeli klub. Berbeda dengan Hasselbaink, ia tetap tinggal untuk memperjuangkan posisinya.
“Ia tidak mengubah pendekatannya pada pemain dan kami hargai itu,” imbuhnya. “Claudio bicara kepadaku dan Eidur: ‘Dengar, aku tahu kalian bermain dengan sangat baik selama beberapa tahun belakangan, tapi kalian tidak akan bermain sesering sebelumnya.’ Ia mau kami berkomitmen dengan memilih tinggal atau pergi. Itu manajemen yang bagus.”
The Blues finish di peringkat dua dan mencapai semifinal Liga Champions, dan Ranieri mengakui kesalahan yang ia perbuat setelah dikalahkan Monaco.
“Kurasa ia berpikir bisa mengakhiri laga dengan pergantian-pergantian itu,” kata Hasselbaink mengomentari perubahan serangan yang dilakukan di leg pertama di Monte Carlo, di mana skor sedang imbang 1-1 dan tim tamu harus bermain dengan 10 pemain. “Taktik itu berbalik menyerangnya. Kurasa, momen itulah yang membuatnya pergi.”
Di akhir musim itu, the Tinkerman meninggalkan Stamford Bridge, tapi Zola merasa ia pergi dengan meninggalkan warisan yang berdampak besar pada klub beberapa tahun kemudian.
“Caranya mempersiapkan tim juga menguntungkan Mourinho,” katanya. “Ada banyak pemain yang penting dan menjadi sosok yang sangat berharga bagi Mourinho adalah pemain-pemain yang dibawa Ranieri ke tim.”
Di antaranya, ia mendatangkan Frank Lampard – yang dibeli dari West Ham, langkah yang dipuji Hasselbaink – serta lulusan akademi bernama John Terry.
“Pada saat itu, John baru bermain untuk tim pemuda, tapi sejak saat itu ia bergabung bersama kami,” kata Zola. “Claudio sadar sebagus apa John; itu bukan keputusan yang mudah, tapi ia berani melakukannya.”
Hasselbaink merasa manajer baru itu punya mental yang sempurna untuk meremajakan skuat, serta mengubah sistem dan para pemain, mentalitas yang membuatnya dijuluki sebagai the Tinkerman oleh insan pers.
“Jika ia perlu menjadi keras atau keji, ia akan melakukannya,” kata pemain asal Belanda ini. “Ia nyaman melakukan perubahan formasi di dalam pertandingan. Kami sempat kesulitan, tapi ia yakin dengan (keputusannya) itu.”
Meski terjadi gesekan pada beberapa pemain, Zola, yang sama-sama orang Italia, bisa melihat apa yang sedang ia coba raih.
“Yang ia coba lakukan, melihat mentalitas manajer-manajer asal Italia, adalah menemukan formasi di lapangan yang mampu menyerang sekaligus bertahan – sesuatu yang tidak bisa kami lakukan dengan sangat baik sebelumnya.”
Di satu musim pertamanya, kita berhasil maju hingga final FA Cup, kalah 2-0 dari Arsenal yang pada akhirnya meraih dobel gelar juara liga dan FA Cup. Tapi, setahun kemudian, kami yang melakukan perayaan pada Mei ketika Ranieri membawa the Blues kembali ke Liga Champions lewat kemenangan mengesankan di hari terakhir.
“Itu memberikan fondasi dari apa yang terjadi kemudian, karena klub berhasil menarik investasi besar, dalam hal ini Roman Abramovich,” kata Zola.
Belanja besar-besaran terjadi, talenta-talenta dengan nilai lebih dari £100m didatangkan pada musim panas 2003. Zola menjadi salah satu dari pemain yang pergi, setelah setuju untuk bergabung dengan Cagliari sebelum Abramovich membeli klub. Berbeda dengan Hasselbaink, ia tetap tinggal untuk memperjuangkan posisinya.
“Ia tidak mengubah pendekatannya pada pemain dan kami hargai itu,” imbuhnya. “Claudio bicara kepadaku dan Eidur: ‘Dengar, aku tahu kalian bermain dengan sangat baik selama beberapa tahun belakangan, tapi kalian tidak akan bermain sesering sebelumnya.’ Ia mau kami berkomitmen dengan memilih tinggal atau pergi. Itu manajemen yang bagus.”
The Blues finish di peringkat dua dan mencapai semifinal Liga Champions, dan Ranieri mengakui kesalahan yang ia perbuat setelah dikalahkan Monaco.
“Kurasa ia berpikir bisa mengakhiri laga dengan pergantian-pergantian itu,” kata Hasselbaink mengomentari perubahan serangan yang dilakukan di leg pertama di Monte Carlo, di mana skor sedang imbang 1-1 dan tim tamu harus bermain dengan 10 pemain. “Taktik itu berbalik menyerangnya. Kurasa, momen itulah yang membuatnya pergi.”
Di akhir musim itu, the Tinkerman meninggalkan Stamford Bridge, tapi Zola merasa ia pergi dengan meninggalkan warisan yang berdampak besar pada klub beberapa tahun kemudian.
“Caranya mempersiapkan tim juga menguntungkan Mourinho,” katanya. “Ada banyak pemain yang penting dan menjadi sosok yang sangat berharga bagi Mourinho adalah pemain-pemain yang dibawa Ranieri ke tim.”
Sumber: Chelseafc.com
Komentar
Posting Komentar